Bentuk-Bentuk 9 Pencegahan Hiv Aids Di Tempat Kerja yang Wajib Dilakukan
Pencegahan hiv aids di tempat kerja adalah solusi untuk memberikan kenyamanan kepada pekerja di kantor atau perusahaan. Faktanya, tindakan ini cukup berhasil dalam rangka mengurangi penularan penyakit penyebab penyakit sifilis tersebut.
Atas dasar itulah, Kepmenakertrans telah mengeluarkan regulasi pencegahan seperti yang tertuang di dalam KEP/68/MEN/2004.Berikut ini, beberapa cara pencegahan hiv aids di tempat kerja yang sesuai dengan regulasi tersebut, yaitu:
1. Melakukan Deteksi Dini Hiv
Pekerja yang dari daerah tertentu dengan perkembangan penyakit penyebab HIV pada bayi yang cukup tinggi, diharuskan melakukan deteksi dini hiv. Biasanya ini dimintakan oleh pihak perusahaan, jika yang bersangkutan sedang menjalani pengobatan.
2. Dilakukan Terapi ARV
Setiap pekerja yang dikhawatirkan mengalami hiv, diharapkan bersedia dilakukan terapi ARV. Jika sudah melakukannya, maka pihak perusahaan turut membantu menjaga para pekerja supaya tidak lupa melakukan terapi sekalipun sedang bekerja.
3. Konsumsi Obat ARV Secara Rutin
Pencegahan sindrom penyebab hiv pada remaja selanjutnya adalah harus mengkonsumsi obat ARV secepatnya. Karena jika dalam waktu 3 x 24 jam, ada waktu dimana obat tidak dikonsumsi, maka risiko penularan di tempat kerja bisa terjadi.
Karena itulah, terkait hal ini, pihak perusahaan atau kantor harus bekerjasama dengan dokter spesialis. Supaya bisa diketahui apakah perilaku para pekerjanya ketika melakukan pencegahan hiv, benar-benar serius atau tidak.
4. Dilakukan Tindakan Profilaksis
Untuk mencegah hiv aids dan efek samping obat ARV di tempat kerja, para pekerja yang berpotensi diserang, hendaknya diberi tindakan profilaksis. Pada umumnya, tindakan ini dijalankan bersamaan dengan pengobatan pencegahan kontrimoksasol yang disingkat PPK.
Akan tetapi, pemberian obat-obat ini tidak boleh secara sembarangan harus disesuaikan dengan cara penyebaran aids yang terjadi. Sebab, sebagai obat kimia, pasti ada efek samping yang bisa saja terjadi. Salah satunya adalah ruam kulit dan demam. Nah, jika ini dialami oleh para pekerja, tentu pekerjaan menjadi terbengkalai.
Ada dua macam tindakan profilaksis yang bisa digunakan sebagai cara pencegahan hiv aids di tempat kerja, yaitu:
- Profilaksis primer
Profilaksis primer untuk mencegah infeksi yang belum pernah muncul.
- Profilaksis sekunder
Profilaksis sekunder diterapkan jika pekerja dinyatakan sudah positif mengalami infeksi. Baru, setelah tindakan ini dilakukan, di sela-selanya diberi obat kotrimoksasol yang sudah kami jelaskan di atas.
5. Menerapkan Pola Hidup Sehat dan Imunisasi
Selain beberapa tindakan pencegahan di atas, pihak perusahaan juga harus menginstruksikan para pekerjanya untuk selalu berpola hidup sehat dan melakukan vaksinasi terutama yang berada di dalam kelompok yang beresiko tinggi terkena aids. Seperti, makan makanan bergizi seimbang, cuci tangan ketika bekerja, menggunakan masker dan lain-lain.
Sedangkan vaksinasi yang dimaksud adalah diberikan imunisasi untuk hepatitis B. Sebab, obat inilah yang mampu menjaga sel CD4 dari serangan virus hiv.
6. Pencegahan HIV dengan Isoniazid
Setiap perusahaan yang dibangun di daerah dengan potensi aids begitu tinggi, lebih baik melakukan pencegahan dengan isoniazid. Ini adalah program pencegahan TB Hiv yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian karena aids.
Salah satu bentuk pencegahan di dalam program ini adalah bekerjasama dengan puskesmas setempat dalam rangka pemberian layanan kotrimoksasol. Bisa juga dengan menggunakan obat rejimen yang di dalamnya terdapat kandungan EvaVirens.
7. Diberlakukan Perawatan Kronik
Pencegahan hiv aids di tempat kerja selanjutnya adalah perawatan kronik. Ini diberlakukan kepada pekerja yang terbukti positif mengalami hiv. Tentunya jika dideteksi mengalami tanda-tanda serupa ciri anak terkena aids.
Jika sudah terdapat pekerja penyandang aids, maka tindakan pencegahan apapun sukar dilakukan. Penularan tetap bisa terjadi kapan saja. Karena itulah perawatan kronik dalam arti dirumahkan untuk dirawat perlu dilakukan supaya si pekerja tersebut sadar kalau dirinya bermasalah.
Sekalipun begitu, pihak perusahaan tetap memberikan akses pengobatan termasuk pemberian jaminan kesejahteraan. Yang tak kalah penting pula, berikan motivasi kalau dia pasti sembuh. Sehingga tidak ada rasa dendam di kemudian hari.
8. Melaksanakan Program Layanan Alat Suntik Steril (LASS)
Program layanan alat suntik steril atau LASS, bisa diterapkan di perusahaan atau kantor. Ini untuk menjaga imun tetap kuat dan tidak mudah diserang virus hiv. Pencegahan ini bagus diterapkan di suatu daerah dengan pasien aids cukup tinggi. Sehingga, potensi pekerja tertular tidak terjadi.
Ini juga menjadi pencegahan atas penularan hiv melalui jarum suntik penyebab aids pada anak. Karena sebagian besar pasien aids adalah pecandu narkoba yang identik dengan kebiasaan menggunakan jarum suntik tidak steril.
9. Melakukan Evaluasi Pekerja Secara Berkala
Cara pencegahan yang tak kalah penting adalah, pihak perusahaan harus selalu melakukan evaluasi terhadap para pekerjanya. Perhatikan pula, perubahan perilaku mereka.
Maka dari itu, pihak berwenang di tempat kerja, harus mengetahui semua persoalan terkait aids termasuk gejala hiv lanjutan. Bisa juga dengan bekerjasama dengan pihak medis terkait. Jika perlu, minta kepada pihak puskesmas, data pekerja yang ada di lingkungannya. Ini untuk mencegah terjadinya penularan kepada pekerja yang lain.
Demikian cara pencegahan hiv aids di tempat kerja yang harus diterapkan oleh pemilik perusahaan jika ada tanda penderita hiv yang sudah muncul. Utamanya di daerah yang rawan dengan perilaku seksual menyimpang.